Laskar Pelangi: The comparison between...



Cat's Corner

THE COMPARISON BETWEEN
THE TWO GREATEST WORKS


Wuahh...Alhamdulillah kesampaian juga nonton Laskar Pelangi. Yap! Akhirnya Neko berhasil juga nonton ni film tepatnya pas Jumat, tanggal 26 Oktober 2008 kemarin pada jam 12.00 WIB di Matos 21. Tadinya Neko en "family" mau nonton pas premier. sebelum "Papa Neko" mudik ke Madiun. Eh, ternyata pas dia ngantri, semua tiket sudah ludes! Bahkan tiket pemutaran malam hari (20.00) pun sudah ludes sejak siang tadi... hueh!

Akhirnya Neko pun nontonnya bareng "Mama Neko" en adeknya keesokan harinya (gigih banget deh!). Bayangin aja kita ngantri mulai dari selebelum Matos buka! Akhirnya seharian itu pun habis demi menanti laskar pelangi duh duh duh...

Well, buat yang belum sempat nonton karena kehabisan tiket (kaciaaan deh...hehehe), berikut Neko kasih sedikit bocoran tentang perbedaan antara novel dan filmnya. Ada beberapa konflik tambahan yang tidak terdapat di novelnya. Neko anggap ini sebagai nilai plus, karena adegan-adegan yang ditambahkan justru membuat emosi film ini lebih terasa dan jalinan cerita menjadi lebih enak mengalir (secara di novel, cerita tiap bab kan lompat-lompat gitu...)

This Composition might consist of SPOILER ALERT!

+) Plus Point
1.
Di sini di ceritakan kisah cinta Bu Mus yang tidak pernah disebut-sebut di novelnya. Tora Sudiro yang ternyata berperan sebagai Pak Zulfikar*, guru sekolah PN naksir Bu Mus (Cut Mini) dan sempat berusaha mengajak Bu Mus untuk pindah mengajar sekolah PN. Untungnya ditolak, coz kalo ga kayak gitu gimana nasib Ikal dkk dong?

*sst...Mama Neko yang nggak begitu suka ama Tora Sudiro sebenarnya sudah berharap bahwa dia akan tampil sebagai...Harun si lemah mental! hehehe

2. Bila dalam novel,tokoh guru yang disorot hanya dua yaitu Pak Harfan dan Bu Mus, maka di film ini ada satu tokoh guru lagi. Namanya Pak Bakri, (mungkin dia adalah guru galak yang sepedanya sering dikerek ke tiang bendera oleh Ikal dkk dalam novel). Jadi menjelang berakhirnya masa studi Ikal dkk di SD itu, dia dihadapkan pada tawaran mengajar dari sekolah lain (yang tentunya lebih terjamin kesejahteraannya). Bu Mus sampai menangis saat rekannya akhirnya memutuskan untuk pindah mengajar dan meninggalkan SD Muhammadiyah yang muridnya hanya 10 itu...

3. Di novel, pertemuan pertama Ikal dkk dengan tokoh Flo adalah pada saat mereka menemukan Flo yang kabur karena ngambek di hutan belantara. Sedangkan di film ini, 10 Laskar Pelangi (terutama Mahar) sering berkomunikasi dengan Flo dari balik pagar sekolah PN. Bahkan Mahar mendapat ide untuk pertunjukan karnaval dari Majalah National Geography yang diberikan Flo. Dalam adegan ini, Ikal dkk lalu diusir oleh satpam sekolah PN. Adegan ini memperlihatkan dengan jelas sekali kesenjangan yang terjadi antara PN Timah dengan kaum Belitong yang dimarginalkan...hiks...

4. Pak Harfan memiliki sahabat yang diperankan oleh Slamet Rahardjo. Dialog-dialog mereka sangat menyindir pemerintahan yang gak terlalu peduli pada pendidikan yang berlandaskan pada hati (mungkin nyangkut kasus UAN nih)

5. Di novel sama sekali tidak menyebut-nyebut tentang kematian Pak Harfan. Sedangkan di film ini cerita tambahan itu menjadi salah satu titik klimaks pada film ini
karena sepeninggal Pak Harfan Bu Mus menderita konflik batin yang amat berat. Ia pun mogok mengajar.

Para Laskar Pelangi tetap datang ke sekolah tiap hari menantikan guru mereka yang tak kunjung datang hingga akhirnya satu persatu pun tak datang lagi. Kecuali Lintang dan Ikal. Berdua, mereka pun mendatangi teman mereka satu persatu dan mengajak mereka kembali bersekolah. Lintang pun berperan sebagai guru menggantikan Bu Mus mengajar teman-teman mereka. Bu Mus yang menyadari semua itu langung menangis tersedu-sedu... Hikss...

(Kalau kita... wah, guru nggak ada malah seneng banget. Bonus liburan! Miris!)

6. Lintang nyaris tak bisa ikut Lomba Cerdas Cermat karena saat mau berangkat di tengah jalan ia dihadang buaya! Bodenga, si pawang buaya lalu tiba-tiba muncul dan menyelamatkan Lintang tanpa berkata apapun. Wuih.. adegan yang bikin gregetan.

7. Saat Ujian Akhir, para Laskar Pelangi terpaksa bergabung dengan anak-anak sekolah PN.
Maka mereka pun mengikuti ujian dengan keadaan yang sangat pas-pasan. Mereka pake sandal jepit dan baju sehari-hari yang kucel! Sementara anak-anak yang berseragam kinclong berbisik-bisik menunjuk-nunjuk mereka...

8. Adegan pertemuan dengan Tuk Bayan Tula tidak diperlihatkan secara langsung. Di depan gua, hanya muncul suara raungan menakutkan yang kemudian membuat Ikal dkk terbirit-birit. Jadi kita gak bakal tahu kaya gimana wajah si dukun sakti itu di film ini.

Tadinya Neko menganggap ini sebagai kekurangan, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga lho adegan ini dipotong. Film ini adalah film pendidikan, sehingga dengan dipotongnya adegan kemunculan Tuk Bayan Tula, tidak seperti yang ada di novel, akan meminimalisir kesan klenik dalam film ini. Hebat juga ya Riri Reza bisa memperhitungkan sampai sejauh itu...

-) Minus Point 

1. Nggak terlalu mirip ama novelnya! Hiyaaa... ya iyalah. 400 halaman dirangkum dalam film berdurasi 2 jam. Pastinya ga cukup. Tapi, yah, eksotisme novelnya tetap tidak ditampilkan secara maksimal. Padahal banyak loh film-film hasil adaptasi novel yang tetap menggetarkan atau bahkan jauh lebih bagus dari novelnya.

2. Karakter Sahara sama sekali nggak dikembangkan di film ini. Padahal. Buat Neko, karakter Sahara itu simbol girl-power.

3. Penampilan Mahar dan kawan-kawan saat Lomba Performance gak secanggih se-spektakuler yang di novel. Biasa banget. Walaupun lucu sih...

4. Lagu yang dinyanyikan oleh Mahar (yang membuat Bu Mus sadar akan bakat seni anak ini yang luar biasa) di novel adalah lagu bahasa Inggris dan Mahar menyanyikannya dengan iringan petikan ukulele yang sangat indah. Tapi di sini Mahar malah menyanyikan Lagu "Seroja" dengan iringan rebana.

Mungkin Riri Reza ingin menampilkan yang benar-benar Melayu. Tapi berhubung Neko ga suka lagu Melayu jadinya yaa... (subyektif banget deh). Dan entah kenapa Neko merasa bakat musik Mahar ga terlalu diekspos di sini. Padahal, itu yang bikin Neko naksir ama karakter Mahar di novel!

5. Adegan Lomba Cerdas Cermat

Pertanyaan-pertanyaan di Lomba Cerdas Cermat ga sesangar yang ada di novel (yang sampai menyangkut cincin Newton segala!).
Mungkin Riri Reza bikin kaya gitu biar film ini mudah dimengerti , masyarakat awam buta IPA kaya Neko hehehe

Tidak ada adegan perdebatan tentang teori cahaya antara Lintang dan guru sekolah PN.
Padahal, menurut Neko, adegan tersebut di novel adalah yang paling menunjukkan kejeniusan dan keberanian Lintang. Di sini Pak Zulfikar justru mendukung Lintang saat juri menyalahkan jawaban Lintang di pertanyaan penentu kemenangan. Well mengingat di sini Pak Zul dibikin naksir ama Bu Mus, tindakannya itu wajar sih. Nyambunglah. Jadi apa boleh buat...

6. Teori 42 Kegilaan (eh? Berapa ya?) yang dicetuskan oleh ibu Ikal ga terlalu diekspos dalam. Padahal lucu hehehe

Komentar Neko:
Overall Neko anggap film ini bagus banget en pesannya nyampe dengan maksimal. Paling nggak setelah film-film bertema remaja, dewasa, en horror yang selama ini meneror bioskop Nusantara, film ini bisa dibilang adalah oase yang sangat menyegarkan.

Tapi...

Jujur Neko agak kecewa dengan film ini. Maksudnya secara konten, kalau dibandingkan ama novelnya yang padat berisi itu ya juaaauuhh... banget. Yah, mengembangkan 11 karakter Laskar Pelangi dalam durasi yang cuma segitu memang berat. Akibatnya beberapa karakter tidak berkembang maksimal seperti di novelnya. Karakter Trapani dan Syahdan malah nyaris nggak ngomong blas sepanjang film ini! Tragis...

Trus secara
cinematic Neko juga ngerasa film ini kurang menyorot keindahan alam Belitong dengan angle-angle yang fantastis. Kalau Neko bandingin ama Denias yang sukses menyuguhkan keeksotisan bumi Papua pada penonton, Laskar Pelangi kurang indah secara tampilan di layar. (Kenapa Neko bandingin ama Denias? Coz secara tema dua film ini kan sama, tentang pendidikan di kawasan nusantara yang terpencil). Sayang banget... Namun jangan lupa bahwa pesan dalam film ini jauh labih utama ketimbang unsur cinematicnya!

Anyway... di atas kekurangan "kecil" di atas toh film ini tetap digandrungi masyarakat dan penontonnya kini sudah mencapai 700.000. Mira Lesmana sendiri mengatakan pada Jawa Pos, Sabtu, 4 Oktober 2008 bahwa untuk bisa balik modal Laskar Pelangi paling tidak harus meraup sejuta penonton! Melihat, animo masyarakat saat ini kayaknya hal itu nggak mustahil deh. Good luck deh.

Btw Neko lihat di SCV tadi kalau Riri Reza berniat meneruskan sekuel film ini, SANG PEMIMPI! Wuowww! Berarti ada kemungkinan Edensor juga bakal difilmkan dong. Kira-kira mampu gak ya Miles Cinema nyari dana buat Edensor. Tur keliling Eropa buk! Well, doakan saja ya :)

Malang, 5 Oktober 2008

By Kawaii Neko





5 comments:

  1. fantastic four...wah ini lebih berbahaya dari kritikus film. gimana kalo filem dan cerpenku dibaca puput dan anak-anak eyeindonesia. jadi ngeri...hiii...

    ReplyDelete
  2. Hahaha lebay ah. Thanks y dah baca artikelku. Mohon kritik selanjutnya. Bentar lagi tak silaturrahmi lagi k etnicinte ah :). Siapin kue y ms (Neko)

    ReplyDelete
  3. Assalamualaikum.
    Nek! Sebelume aq pengen nanya, artine Kawaii Neko tuh apa ce?. Unik juga, kamu emang bener-bener keren……. Kok bisa-bisanya dapat inspirasi sekeren itu…..
    Udah cukup mujinya, walau terdengar sedikit mekso tapi jujur aq kagum sama kelihaian kamu menulis, pola pemikiran yang luas dalam setiap tulisan membuat diri ini sedikit tercambuk untuk menulis lebih sering dan lebih baik lagi.
    Awalnya aq kira nama kamu tuh Gusti Putri Aisiyah, tapi itu udah ga penting lagi soalnya nama panggilan puput lebih mudah dikenal, apalagi sebutan Neko......makin membuat nama itu sulit dilupakan.
    Gini Nek! Mengenai Laskar Pelangi The Movie, aq ndak akan kasih comment yang macem-macem, yang pasti ampe sekarang aq masih belum berkesempatan nonton tuh pelem. Ceritae unik, entah kamu udah diceritai ma Cipte ato belum. Aq tuh mentraktir Cipte buat nonton LP, eh malah kami ndak bisa nonton bareng, gara-garanya dia ambil di jam dimana aq masih belum pulang kerja. Yah, akhir cerita dia terpaksa nonton ama adhekq.
    Lepas dari cerita itu semua, aq salut sama tulisan kamu yang begitu deskriptif njelentrehin semua aspek dari mulai yang kecil sekalipun. Rasa kekaguman ini begitu tinggi sehingga menjadikan aq minder jika harus disuruh membuat memoar ato artikel tandingan.
    Mungkin saat ini kamu mengharapkan comment yang lebih berkualitas ya....... but sorry kayae kamu lebih paham sama LP dibandingin aq. Namun satu hal yang mungkin aq bisa sampaikan, jika kita melihat Movie based on Novel, seharusnya kita membuang jauh-jauh Novelnya dari alam pikiran kita. Cukuplah dia menjadi latar belakang yang abstraktif dan bukan menjadi acuan pasti. Dan kamu sudah cukup cerdas menyikapi semua itu dengan menjadikannya nilai plus film meski dalam wujud sebuah kekurangan film dibanding novelnya.
    For this time mungkin aq baru bisa kasih pujian apa adanya, suerr ga da cacat tulisan tentang LP ini malahan kamu menjadi inspirasi buat aq agar lebih mengembangkan wacana pemikiran. Danke! Udah memberi pelajaran moral bahwa membandingkan sesuatu itu bukan sekedar untuk mencari kekurangan dan kelebihan antar satu dengan yang lain (ato dua hal berbeda), akantetapi agar kita lebih bijak untuk menyikapi dan menghadapi hal-hal tersebut di dalam kehidupan. Absurd ya.......... aq suka gini kok.
    Wassalamualaikum.
    Viele Grüße

    ReplyDelete
  4. inspiratif, komunikatif dan bermanfaat. selalu ada "tapi" kayak robin hood atau kayak raden ahmad (sunan kalijaga) apa ya...? banyak hal yang luput dari sebuah karya apapun itu (karya tulis,blog,dsb). bisa jadi karakter dan identitasnya yang tidak ada? saranya sih ada foto dari pemilik blognya di tampilin. mungkin ada beberapa hal yang prinsipil. tapi dengan adanya foto. kesan dari blog anda jadi lebih total dalam mengekspose sesuatu (gak stengah-tengah) but, so far...so good! mau kasi komen karyanya anak-anak eyeindo, mungkin bikin karya tulis aja saya gak bisa, gimana mau komen (malu). oke, pada intinya berani berbuat berani bertanggung jawab. berani buka blog yang bagus, berani terkenal...(open house tapi gak open ukhuah)ita kan mau kenal? harus berani dong unjuk gigi, unjuk jari dan yang paling penting unjuk muka. hehehe...(narsis kayak blogku. thaks sarannya ya?)

    ReplyDelete
  5. Buat LP Ardyon:Hahaha thank you ajah deh. Jangan terlalu banyak memuji. Saya masih banyak kekurangan kok

    Anonymous: Yaaah link blog-mu kok ga dipost juga? Kan biar kita bisa gantian silaturrahmi gitu

    ReplyDelete

Your comment here

 

The other network

Visitors