Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2, sebuah akhir yang kurang menggigit.

Tak bias dipungkiri lagi, Harry Potter dan kawan-kawannya telah menyihir semua remaja di dunia dengan cerita yang unik dan penokohan seorang Harry Potter yang sangat kuat. Dan tak terasa, kita sekarang telah melewati seri terakhir petualangan penyihir cilik ini (tapi sekarang sudah tidak cilik lagi).

Yup, Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2. Untuk memberikan sensasi yang tak terlupakan pada penggemar, pihak Warner sengaja memotong seri terakhir ini dalam dua part. Bagian pertama yang sudah tayang September tahun lalu dan bagian keduanya mulai tayang Juli lalu termasuk di Indonesia, meskipun sedikit telat karena beberapa masalah.
Beberapa hari lalu, saya bersama beberapa teman akhirnya berhasil menonton film fenomenal ini dengan sedikit perjuangan, mengantri (berdiri) selama dua jam di Studio 21 di Malang Town Square. Seperti yang sudah saya duga, respon masyarakat terhadap film ini masih sangat tinggi. Meskipun sudah lewat seminggu dari premiere, masih banyak orang yang mau mengantri demi melihat aksi aktor favorit mereka.

Sebelumnya saya selalu (sedikit) dikecewakan setiap kali menonton semua seri Harry Potter. Saya selalu merasa ada greget yang hilang. Setiap kali nonton, kata-kata, “Kok begini ya? Bukankah seharusnya kayak gini?” selalu saja keluar dari mulut saya meskipun itu masih bias ditoleransi. Karena pengalaman-pengalaman sebelumnya itulah saya berharap bahwa  di seri terakhir ini akan memukau saya.

Baiklah, sekarang saya mulai dengan mereview bagian-bagian yang saya suka terlebih dulu. Untuk masalah efek dan segala macam urusan teknis, memang sangat bangus (menurut saya yang awan akan hal ini). Mata saya sangat dimanjakan oleh gambar dan efek yang sangat detail.
Selain itu, yang saya suka dari film ini adalah pembangunan suasana persahabatan dan kekeluargaannya sangat kental. Mungkin karena setting dari film ini yang menitik beratkan pada kekuatan gelap yang sedang  berkuasa membuat para penyihir putih saling tolong menolong, bertarung bersama-sama, dan saling melindungi.

Keberanian penulis naskah untuk mengubah cerita juga menurut saya harus di respon dengan positive meskipun secara garis besar ceritanya masih sama, yakni perjalan Harry, Ron, dan Hermione untuk menghancurkan Horcrux-horcrux milik Voldemort. Dengan adanya perbedaan antara cerita dalam versi buku dan dalam versi film, membuat film ini terasa sangat fresh (kita seperti tidak sedang membaca versi bukunya, jadi kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya).

Namun, beberapa hal yang menurut saya kurang adalah alur yang terlalu cepat. Maksud saya, terjadinya perang di Hogwarts menurut saya terlalu cepat. Jadi kesannya selama 2 jam nonton film ini, isinya perang semua.  Seharusnya, proses pencarian Horcrux-nya lebih di- detail-kan misalnya. Karena jika dibanding dengan proses pencarian horcrux lainnya yang sangat panjang dan sulit, horcrux di Hogwart ini malah terlalu mudah didapat, seperti tidak ada perjuangannya. Proses dimana Harry dkk akan masuk ke Hogwart terlalu mudah, kurang bikin deg-degan karena takut tertangkap.
Pada pertarungan terakhir antara Harry dan Voldemort juga menurut saya kurang bikin merinding (rasanya beda saat saya membaca bukunya). Mungkin seharusnya “Duel” ini harus dikelilingi oleh para penghuni Hogwart, anggota Order of the Phoenix yang masih hidup, dan para Death Eater (biar terasa benar-benar seperti duel).

Overall,  dari 5 popcorn, saya kasih 3,5. Mungkin karena saya sudah membaca bukunya, jadi secara natural, saya memiliki ekpektasi yang tinggi dari film ini untuk paling tidak sama serunya denga versi buku. Meskipun dari segi detail cerita masih kurang memenuhi harapan beberapa penggemarnya, saya rasa film ini masih menjadi a must see Movie tahun ini. Jadi, jangan pernah menganggap diri anada penggemar Harry Potter jika belum menonton seri terakhir ini karena dalam seri ini merangkum dan mengungkap semua misteri seputar Harry Potter yang mungkin selama ini anda pertanyakan. Bagi yang bukan penggemar Harry Potter, film ini bias menjadi referensi hiburan.

Lihat trailer-nya di bawah ini


by @debeesen (twitter)

0 comments:

Post a Comment

Your comment here

 

The other network

Visitors