Life's juz like a music

Cat's Corner

Dalam sebuah film, musik berperan penting sebagai 'nyawa' dalam setiap adegannya. Musik terbukti jitu untuk menambah efek dramatis, mampu mengajak penonton terhanyut, menghayati setiap scene dan akting para pemainnya. Dalam film musikal, musik bahkan berperan utama sebagai penyampai dialog antar karakter kepada penonton, tak lagi hanya menjadi unsur pendukung dalam film (film india misalnya!). Nggak heran film yang cerita n' akting pemainnya biasa-biasa aja bisa jadi lebih menarik kalau musiknya juga yahud. Neko pernah lo nonton sinetron Monyet Cantik di SCTV cuma gara-gara pingin dengerin lagu “Sempurna”-nya Andra & The Backbone yang jadi soundtrack tuh sinetron.(hehehe ga penting banget!). Abis dapat mp3nya langsung ogah deh nonton tuh sinetron lagi, abis ceritanya aneh banget sih! (Buat yang suka nonton sinetron, maap ya...). Neko yang sebenarnya penganut aliran Homemovie alias ogah nonton bioskop n lebih milih buat nunggu sampe tuh film diputer di TV atau keluar VCDnya juga jadi tergoda pingin liat Ayat-Ayat Cinta di bioskop karena udah penasaran duluan. Penyebabnya apalagi kalau bukan karena Mbak Rossa yang sudah riwa-riwi di MTV dengan tembang Ayat-Ayat Cinta jauh sebelum movie-nya di-launch (agak sebel juga coz jedanya lama banget. Strategi marketing???). Musik sebagai elemen penting sebuah cerita telah diakui terbukti dengan adanya penghargaan buat “The Best Soundtrack and Music” dalam Oscar dan award-award yang lain. Biar lebih kerasa, coba aja deh bayangin apa jadinya kalo soundtrack-nya Ayat-Ayat Cinta dipasangin di film Get Married atau Matrix atau bahkan Naruto! Begitu juga kalau sebaliknya. Glodhakkkk...! Neko gak bisa ngebayangin deh. Meminjam istilah iklan: Apa kata dunia? Hehehe

Yak cukup prolognya! Nah sekarang langsung nyambung ke judulnya yaitu, Life's Juz Like The Music. Setiap menjalani hari-hari, Neko selalu merasa sedang menjalani episode film lengkap dengan soundtrack-nya. Contoh nih kalau lagi dimarahi dosen Grammar (Neko adalah mahasiswi jurusan bahasa Inggris) di kelas yang terputar di benak Neko adalah medley lagu “Ratapan Anak Tiri”, “Teganya”, plus syairnya Betharia Sonata: “Pulangkan saja aku pada ibuku...dan juga ayahku...uwo...uwo...uwooo...” (ngenes banget deh pokoknya! Masih untung yang dimainin bukan lagu EGP-nya Maia) Pas ga senjaga mecahin gelas kesayangan Adek (hu..sory ya Dik baru ngaku), Chester Bennington of Linkin Park, langsung deh menjeritkan “What I've Done” di telinga Neko. Duluuu... pas Neko lagi jatuh cintrong (bukan ama monyet lho ya!) ehm...Om Chrisye langsung menembakkan “Panah Asmara”-nya. Sekarang, setelah anak-anak sekelas pada heboh ngerencanain mau piknik ke Jogja, eh... 'Om Davie' ama 'Mama', temen-temen Neko jadi rajin menyenandungkan lagu “Yogyakarta”-nya Katon Bagaskara. ('Nggak tuh, kata om Davie).

Well, bukankah memang hidup itu seperti musik. Kadang iramanya naik kadang juga turun. Awalnya elegan dan teratur seperti classical music, kemudian jadi begitu mendayu-dayu seperti keroncong, melenakan layaknya lullaby menjadi santai bagai Reggae, kemudian tiba-tiba menghentak, tegas, dan cadas seperti Rock dan Heavy Metal. Ceria seperti disko, dinamis dan menyenangkan bagai Bossanova tapi berakhir . Tahu lagu Kroncong Protol-nya Bondan Prakoso kan? Betapa cepatnya tempo dan ritmenya berubah, dari keroncong yang mendayu kemudian menjadi irama Rock yang menghentak tegas. Tak bisa ditebak, dan mencengangkan (ya, siapa sangka keroncong bisa kompakan sama rock!), itulah hidup. Sering dalam menjalani hidup kita tak harus hanya terpaku pada partitur. Improvisasi seperti dalam Jazz sangat diperlukan untuk menghadapi hal-hal yang tak terduga yang sangat mungkin terjadi dalam hidup ini.

Ada satu hal menarik dalam dunia musik, yaitu tren untuk mengombinasikan antara lirik sedih dan musik yang ceria. Dua hal yang kontras kan. Bayangin aja orang yang ketawa sambil nangis, atau nangis tapi keliatan pingin ketawa (wah kayak apaan tuh?). Lagu “Bad Day”-nya Daniel Powter mungkin bisa jadi contoh. Lirik yang kelam , justru lebih terasa soul-nya ketika dikemas dalam musik yang ceria. Grup band Nidji juga banyak mengombinasikan dua hal ini dalam materi lagunya. Simak aja lagu “Disco Lazy Time”. Orang broken heart kok malah ngajak disko hehehe. Tapi itulah hidup, atau dalam bahasa Prancisnya: C’est La Vie, That’s life (cieee, padahal Neko ga bisa bahasa Prancis blas! ;b) Ada senang di balik duka. Tergantung bagaimana cara kita menyikapinya. Sering kita langsung buru-buru meratapi, menggerutu, dan menyumpahi nasib buruk, padahal kalau lita renungkan mungkin saja ada hikmah di balik itu semua. Neko pernah sempat frustasi gara-gara udah berusaha dengan segala cara demi masuk UM (Universitas Negeri Males eh... Malang maksudnya) lewat PMDK dan bukannya SPMB, eh akhirnya tetep juga dapat tuh SPMB. Kebayang kan gimana keselnya Neko. Tapi eh ternyata justru berkat SPMB lah Neko dapat beasiswa. Tanya aja Om Davie (Om Davie? Gak enal tuh), dia juga dapet kok hehehe. (hihihi I luv SPMB). Jadi ngerasa berdosa banget deh sempat nangis-nangis pas ga keterima PMDK, abis kesannya kok ga ikhlas banget ama ketentuan Tuhan. Toh terbukti akhirnya Neko dapat hal yang lebih baik kan?

Terus pas dimarahi dosen Grammar membuat Neko sadar bahwa grammar Neko emang ancur hehehe… Tapi justru karena itulah Neko jadi gak sok bonek (bondho nekat) lagi dan berusaha mempelajari grammar lebih serius(walau dengan susah payah, “Mamaaa” tuluungg!)

Tapi hati-hati... karena sesuatu yang sekilas terlihat menyenangkan bisa jadi ternyata buruk dan hanya akan membuahkan penyesalan bagi kita pada akhirnya. Banyak orang yang terlena dan lupa apa tujan hidup mereka. Terus bersenang-senang dan lupa akan hakikat hidup yang sebenarnya; perjuangan. Ortu Neko sering ngingetin Neko, jangan kebanyakan ketawa ‘coz di balik tawa ada tangis. Itu bener loh. Jadi yang bener ya yang seimbang. Walau suka improvisasi, kita juga tetap harus memperhatikan partitur , agar musik yang dimainkan tak jadi ngawur dan melenceng (jangan sampai main ngawur tapi berdalih sedang improvisasi ala Jazz! Waks!). Apa partiturnya? Ya tentunya norma-norma agama dan lingkungan.

Yang jelas, apapun yang menghadang hadapi dengan kuat dan tegar. Never stop your step, just play your rhytem. Keep on going with the dancing. Kata Mbak Rihanna: “Never Stop Your Music!” Be Unbreakable! Cyaa!

by: Kawaii Neko (The Cute Cat)

2 comments:

  1. Life juz like a music :D

    *padahal rung moco*

    ReplyDelete
  2. Life's is not like a music, but music is imitating life. Life comes first then music afterwards.
    The word "is like" means copying, and it's impossible if life is copying music. The copy is always worse than the original, and Life is much more colorful and meaningful than music. So,it's proven that music is copying life.

    ReplyDelete

Your comment here

 

The other network

Visitors