Kemunduran Musik Indonesia


Melihat perkembangan musik Indonesia beberapa waktu belakangan sungguh menggembirakan. Banyak musisi baru bermunculan, seraya ingin menunjukkan taringnya di blantika musik dalam negeri. Dilihat dari segi kuantitas, memang perkembangan musik Indonesia dirasa sangat pesat. Bahkan musik kita bisa dikatakan telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bagaimana tidak? Setiap pagi, setiap aku menghidupkan tivi, acara yang tersedia adalah acara musik lengkap denagn tangga lagunya. Ketika ingin mengganti channel tivi lain, acara serupa juga sedang mengudara dengan format yang bisa dikatakan mirip. Semua orang sekarang ini sedang booming dengan musik kita. Bahkan, di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei, music kita sangat digemari karena adanya kemiripan bahasa (bisa dikatakan sama) dan selara musik yang sama. Bukan hal yang sulit bagi musisi kita untuk menembus pasar mereka (negara tetangga.red). Tinggal rilis album lalu tur promo, para musisis kita bisa dengan sangat mudah mendapat sambutan yang hangat dari penikmat musik setempat. Setiap hari band-band baru muncul bak jamur di musim hujan. Apakah kualitasnya sudah lebih baik? Relatif memang. Namun bagiku music kita saat ini tidak lebih baik dari sebelumnya, bahkan lebih buruk.

Sebagai seorang penikmat music (penikmat lo, bukan kritikus!), aku sedikit prihatin dengan musik kita sekarang ini. Dari sekian nama baru yang muncul, hanya sedikit yang benar-benar baru. Menurutku, musik kita adalah musik latah. Jika salah satu band sukses mengusung genre musik, melayu misalnya (seperti yang terjadi sekarang), semuanya ngikut make jurus yang senada, semua mewek. Jika yang satu lagi doyan R&B, yang lain langsung ngekor. Sehingga sekarang jarang ada musisi yang benar-benar member sensasi baru dalam musiknya. Entah takut nggak laku atau memang udah nggak laku jadi banting setir. Lalu apakah mereka bisa sesukses yang terdahulu? Tergantung pasar. Jika lagu yang mereka bawakan terasa nyaman di telinga, lagu mereka akan dengan mudah diterima. Tidak harus bagus, asalkan lagunya memiliki irama dan lirik yang mudah dihafal dan temanya masuk krieteria pendengar, maka mereka dapat dengan mudah meraup kesuksesan. Namun, apakah itu yang kita harapkan? Jika dibiarkan seperti ini, apa yang akan terjadi pada music kita? Musik kita akan menjadi sangat monoton, tidak ada variasinya. Seperti halnya jika tiap hari kita makan sayur asem, lidah kita bisa-bisa asem beneran. Nantinya orang-orang menjadi bosan dan music kita akan stag di sini aja, no change.

Selain itu, menurut pengamatanku, musik kita juga banyak yang "terlalu terinspirasi" dari musik orang lain (plagiat maksudnya). Beberapa waktu lalu, pas lagi asyik tiduran di kamar kost, salah satu temen memutar lagu R&B dari salah satu penyanyi cowok mantan anggota salah satu trio vokal sukses yang namanya dalam bahasa Indonesia adalah temannya tempe (nggak mau sebut nama, biar nggak terlalu subyektif). Satu hal yang menjadi perhatianku adalah sepertinya aku kenal dengan irama musik itu tapi nggak ngeh lagu apa. Lalu beberapa hari kemudian saat browsing di internet aku menemukan artikel tentang lagu tersebut, dan disitulah aku mendapat jawaban bahwa ternyata lagu itu sangat mirip (terlalu mirip malah bila itu kebetulan) dengan lagu mancanegara yang sedang hit yang dinyanyikan oleh penanyi wanita asal Inggris jawara salah satu kontes menyanyi disana (tahu??). Dari sini aku mulai ragu pada orisinalitas musik kita. Memang tidak bisa dipungkiri akan sangat sulit untuk menciptakan sebuah lagu yang benar-benar baru meengingat banyaknya jumlah lagu yang ada di dunia yang pastinya akan ada yang mirip. Namun, bila batas kemiripan itu sudah terlalu jauh karena terlalu sama, apakah kita bisa mengatakan ini sebagai suatu karya orisinal. Mengingat kita selalu mengatakan "Stop Pembajakan" padahal plagiarisme sendiri lebih parah dari hanya sekedar membajak. Contoh kasus lain yang terbaru adalah isu plagiarisme dari salah satu band pendatang baru yang sangat sukses yang vokalisnya seperti sakit kepala setiap kali tampil karena selalu memegang kepalanya saat manggung. Beberapa lagu dari band ini diisukan mencontek aransemen lagu dari beberapa band luar negeri. Oh ya? Pada awalnya aku nggak percaya, karena jujur, band ini aku anggap sebagai band yang mengusung jenis musik yang fresh. Namun, lagi-lagi dengan bantuan internet, aku iseng iseng mencari di Youtube lagu-lagu yang dianggap plagiat tersebut. Dan hasilnya, aku sedikit terkejut, ternyata memang mirip. Tapi hal ini tidak menyurutkan kekagumanku pada band ini. I'm already fallin' in love with their song. Apa jadinya bila hal ini memang benar. Meskipun sulit dibuktikan, namun kasus-kasus seperti ini seharusnya menjadi pelajaran bagi dunia musik kita.

Satu hal terakhir yang menurutku memperburuk citra musik kita adalah munculnya beberapa artis non-musik yang ikut-ikutan launching lagu. Well, it is okay if they are good in singing a song, but…!! Hampir semua artis sinetron yang ngikut nyemplung di dunia musik nggak bagus sama sekali, bahkan nggak bisa nyanyi. Mereka cuma jual nama dan tampang doang. Yang lebih parah lagi, mereka disukai oleh kalangan luas, lagu mereka laris manis. What the…?? Apakah stok penyanyi kita udah mentok sehingga kita harus ngedengerin suara sumbang mereka. Well, bukan berarti nggak ada satupun artis sinetron yang bisa nyanyi dengan baik, banyak. Contohnya Bunga Citra Lestari. Meskipun nggak super-super banget, at least nggak memekakkan telinga para pendengarnya. Seharusnya industri ini menjadi industri profesional dimana hanya orang-orang yang memiliki kapabilitas dalam tarik suara, bukan asal bisa mangap aja, yang bisa terjun. Karena sejatinya musik membangun dan mencerminkan karakter masyarakatnya.

Melihat beberapa point diatas, maka tidak salah bila aku berpendapat music kita jauh merosot ketimbang beberapa tahun lalu. Seharusnya industry ini menjadi industry kreatif, bagaimana kita bisa membuat suatu karya original dengan mempertimbangkan kualitasnya bukan hanya asal laku dijual agar music dalam negeri dapat terangkat lagi. Dan sekiranya kritik diatas bisa dijadikan kaca untuk menjadikan musik kita lebih baik lagi untuk perkembangan music kita. Aku menulis artikel ini bukan karena aku membenci musik dakam negeri, tapi justru aku sangat peduli merasa terlibat dalam perkembangnnya. BECAUSE MUSIC IS MY BlOOD, BREATHE, AND SOUL. BECAUSE MUSIC IS MY LIFE.

0 comments:

Post a Comment

Your comment here

 

The other network

Visitors