APAKAH KEDODOLAN BISA MEMBAWA HIKMAH???

Cat’s Contemplation
Ketika Neko main ke Gramedia (untuk meratapi nasib karena buku-buku bagus bertebaran di mana-mana tanpa bisa Neko gondhol ke kasir, gara-gara ga punya duit! Ga punya duit gara-gara beasiswa ga turun-turun!), Neko perhatikan jumlah buku-buku dari genre Pelit (Personal Literature) semakin banyak. Judul dan cover boleh saja bervariasi, tapi intinya sama saja, ‘menjual kisah-kisah dodol”. Buku-buku dari genre ini sebut saja, “Kumpulan Cerita Mahasiswa Dodol”, “Buku Harian Istri Dodol”, “CBSA (Cerita Bodor Siswa Aktif)”, “Anak Kos Dodol”, dan lain sebagainya.
Fenomena ini sangat kontradiksi dengan realita yang sebelumnya diyakini terjadi dalam sosio-kultural. Selama ini kebanyakan orang biasa jaim en menyembunyikan kedodolannya. Itu gara-gara dodol dianggap sebagai aib yang bisa menurunkan pamor di mata yayang en tentunya di mata camer bahkan di mata masyarakat. Contohnya nih lihat aja pejabat-pejabat yang iseng-iseng ”meminjam” uang rakyat dalam jangka waktu yang tidak terbatas dan tanpa ijin. Lalu dengan dodolnya perbuatan itu langsung ketahuan KPK. Mereka semua pasti langsung berlagak jaim dan berseru pada setiap kamera TV yang memburunya, ”Maaf ini adalah urusan pribadi, bukan urusan Anda! Urus saja urusan Anda yang tidak terurus-urus itu!”
Mungkin hanya orang Garut yang ga bakalan menganggap dodol sebagai aib. Mereka bahkan bangga dan menjadikan dodol sebagai salah satu ikon kota. Tapi tentu saja dodol dalam buku-buku itu dan dodol di kota Garut sangat berbeda konteks.
Tapi kini lihatlah betapa tren mengumbar kedodolan (aib yang dianggap lucu) itu telah mewarnai dunia perbukuan kita...
Neko sangat yakin bahwa tren mengumbar kedodolan ini dimulai sejak buku kumpulan tulisan blognya Raditya Dika, ’Kambing Jantan’ meledak di pasaran.. Apalagi setelah terbukti kesuksesan itu tidak terjadi dalam jangka pendek saja. Kesuksesan itu diikuti oleh buku-buku Raditya Dika yang lain seperti Cinta Brontosaurus (versi lebih primitif dari cinta munyuk), Radikus Makan Kakus (keajaiban dunia ke-100!), Babu Ngesot....eh! Babi Ngesot ding! Tau nggak sih kalau Kambingjantan beredar pada 2005 dan menjadi best seller. Buku itu kini memasuki cetakan ke-24 dan terjual lebih dari 100 ribu eksemplar. ini Radit menuai royalti. Pada awal penerbitan, dia menerima royalti saban enam bulan. Tiga bulan setelah penerbitan, dia menerima royalti tiap tiga bulan. Sekarang setiap tiga bulan dari empat buku itu dia menerima royalti Rp 300 juta. Rata-rata, dari satu buku, dia menerima royalti Rp 60-80 juta. Bisa jadi Bang Radit merupakan orang dodol terkaya se-nusantara...ccck...cck...
Begitu dahsyatnya kedodolan sang Kambing Jantan, sampai sutradara sekelas Rudi Soejarwo pun tertarik untuk memfilmkannya! Bayangkan! Kalau biasanya orang-orang dodol seperti Neko dipandang sebelah mata, dihina-dina, di-dodol-dodolin, ditertawain ampe mampus...Raditya Dika sudah membuktikan bahwa beliau (cieee ’beliau’ jiee) bukan orang dodol biasa. Beliau berhasil membuat orang-orang sampai mau membayar untuk menertawakan cerita-cerita dodolnya!
”Ga papa! Tertawain aja kedodolan gue! Semakin loe-loe pada tertawa, semakin tebel cadangan uang jajan gue di bank! Wakakakak!” mungkin itu yang ada dalam pikiran sang Mahaguru orang-orang dodol.
Inilah enaknya jadi orang kreatif dan inovatif. Dengan jadi dodol saja dia bisa kaya, karena dia menuliskannya menjadi sebuah karya dan menjualnya. Sukses lagi! Kalau fenomena ini dibikin sinetron religinya mungkin judulnya jadi ”Kedodolan Membawa Hikmah.” atau ”Hikayat Mahasiswa Dodol Yang Berhasil Menyebarkan Virus Dodolnya Ke Seluruh Nusantara dan Menjadi Orang Dodol Terkaya se-Indonesia Raya.” Bisa jadi sebentar lagi Metro TV akan membuat liputan khusus tentang fenomena ini.
Bayangkan Rosiana Silalahi atau Tommy Cokro yang super cute itu nantinya bercuap-cuap di layar televisi Anda. Lalu dengan tampang serius mereka membacakan berita: ”Pemirsa, reporter kami mendapatkan laporan teraktual bahwa penjualan dodol Garut menurun drastis. Ini akibat orang-orang lebih memilih untuk membeli kedodolan-kedodolan Raditya Dika daripada mengonsumsi dodol Garut.”
Kalau dipikir-pikir sebenarnya yang dodol itu siapa? Raditya yang berhasil menggelitik kita untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan kedodolannya, atau kita yang hanya suka menertawakan kedodolan orang lain saja?

0 comments:

Post a Comment

Your comment here

 

The other network

Visitors